Harapan Yang Terjawab

        “Welcome to your new life”. Kalimat ini seolah muncul begitu saja saat aku memarkirkan karisma biru di halaman depan bangunan itu. Tempat yang akan menjadi rumah ketiga ku setelah rumah orang tuaku dan kampus. Dengan penuh gugup aku melangkahkan kaki ke dalam bangunan. Kehadiranku disapa oleh 2 orang kakak yang duduk di meja depan. Aku menyimpulkan mereka adalah Front Office. “Kak, yang namanya kak Rani yang mana ya kak?”, dengan senyum yang dibuat-buat aku memberanikan untuk bertanya. “Oh naik aja ke atas dek, beliau ada di atas,” jawab salah seorang kakak tadi. “Oh di atas, maksih banyak ya kak”, jawab ku sambil berjalan menuju tangga.
        Saat kakiku menginjak anak tangga pertama, jantungku berdetak cepat. Aku tak bisa menyembunyikan kegugupanku. Segera kulantunkan Basmallah dalam hati. Berharap Allah memudahkan jalanku. Hari ini aku harus mengikuti interview sebelum benar-benar di terima menjadi pustakawan di tempat ini.

        Tak terasa, aku telah berdiri tepat di depan meja orang yang aku cari, Kak Rani. Saat itu beliau sedang menerima telepon. Ia memberi isyarat untuk duduk dan menunggu sebentar. Sekitar 5 menit aku menunggu, akhirnya kak Rani menyapaku. “Oh ini yang namanya Cut Dini”, sapa kak Rani sambil duduk di belakang mejanya. 

        Dan aku mulai disuguhi beberapa pertanyaan dengan sekali-kali beliau menjelaskan peraturan disini. Aku menjawab seadanya dan cuma angguk-angguk mendengar peraturan yang dijelaskan. Namun interview kali ini sangat berbeda dengan yang biasa aku ikuti. Lebih nyaman dan banyak tertawanya. Dengan jurus humor yang dikeluarkan kak Rani mampu mencairkan suasana. Dan aku sudah merasa sangat dekat dengan beliau. Aku sangat salut dengan orang-orang yang mampu membawa diri seperti beliau. Rasanya nyaman sekali bila dekat dengan beliau.

        Akhirnya sampai ke pertanyaan terakhir. “Icut kenapa mau kerja, apa orang tua tau?”, tanya kak Rani sambil terus memegang handphonenya. Hmm…pertanyaan yang aku sendiri tak tahu apa jawabannya. Aku memang sempat meminta izin dengan Ayah dan Mamak. Namun dengan berat mereka mengizinkan dengan memberiku satu teguran ringan namun sangat bermakna . “Kamu kerja untuk mencari pengalaman, bukan mencari uang, karna masalah uang itu tanggung jawab Ayah”, kalimat inilah yang selalu Ayah lontarkan ketika ku meminta izin untuk mencari kerja. 

        Tak terasa interview berjalan sekitar 45 menit. Ditengah-tengah interview tadi kak Rani harus menerima telepon dari orang yang sangat penting, jadi terhenti beberapa menit. “Besok icut udah bisa mulai kerja, tapi hari ini silahkan liat-liat dulu bukunya”, tutur kak rani mengakhiri paket interview hari ini. “Iya kak makasih banyak, icut liat-liat dulu ya kak”, jawabku sambil meninggalkan kak Rani.
        Beberapa lemari bukunya terkunci, jadi aku hanya bisa memandangi buku-buku itu dari luar lemari. Sengaja dikunci agar tidak ada yang meminjam atau memindah-mindahkan, karena buku-buku di pustaka tersebut harus didata ulang. Namun aku sangat tergiur untuk membacanya satu persatu. Rasanya buku-buku itu mencoba menggodaku dari dalam lemari. “Ayo cut, baca kami, isinya bagus-bagus lho”, seolah godaan buku-buku itu.

        Alhamdulillah. Aku sangat senang bisa menjadi pustakawan di pustaka kecil ini. Aku rasa ini memang pekerjaan yang sangat cocok untukku. Aku sangat tertarik dengan buku. Walau belum jelas aku mau baca atau tidak. Tapi tak masalah, tertarik dengan buku saja itu sudah bagus. Mungkin akan memotivasi untuk tertarik dengan membaca atau bahkan keluarin buku karangan sendiri,,,hehhe (mimpi).

        Akhirnya hari-hariku kini disibukkan dengan potongan-potongan kertas, yang akan ditempel diluar buku-buku itu sebagai kode pustaka. Tidak lupa melabuhkan stempel di lembaran-lembaran yang ditentukan. Benar-benar ilmu perpustakaan yang menarik. Ini semua di ajarkan oleh kak Novi, pustakawan yang bekerja disini juga dan kuliah di jurusan Perpustakaan. Semoga saja aku nyaman dengan lingkungan dan pekerjaan baru ini. Walau aku akui, aku sedikit kelelahan karena harus bolak-balik kampus-pustaka yang jaraknya lumayan. Aku membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke sini.Tapi tak masalah. Karna bukan kerja namanya kalau tidak capek. ^_^

Note: nama disamarkan,,,:p


Share:

4 komentar

  1. sukses ya nduut....!! smngat2

    BalasHapus
  2. mungkin memang apa yang kamu sedang jalani adalah sebuah proses yang mendewasakan. just enjoy aja, toh ntar juga berlalu.. jangan mengeluh, tetap semangat yak!

    BalasHapus
  3. ndut: mksh ya ndut,,
    InsyaAllah..


    Gaphe:
    sipp..InsyaAllah..
    mksih yaa,,,
    salam kenal

    BalasHapus
  4. hmm bagus tulisannya cut
    terus buat tulisan yang bagus cut
    biar bisa buat novel ntar
    hehehehe

    BalasHapus