“Cut, gimana ini?”, rengek Siska sambil memperlihatkan wajah ketakutan. Sejak kejadian yang menurutku begitu mengerikan dan langsung di depan mata itu, aku sendiri semacam kehilangan cara untuk berfikir. Tanganku masih gemetar. Aku hanya bisa terpaku di pinggir jalan. Tatapan orang-orang yang berlalu lalang pun seakan membuat kami benar-benar seorang penjahat yang tega. Ingin rasanya menangis, namun ku tahan. Mental Siska jauh lebih terguncang menurutku.