ALL is Well



“Din, bangun, udah jam berapa ini,” suara Bang Ferhat yang mirip pemeran ibu tiri begitu menggelegar. Aku terbangun dengan masih menggunakan mukena. Tidur di mushala ruangan kantor kami menjadi hobiku akhir-akhir ini. Kulihat jam di layar Hp. 
“Hah, udah hampir jam 2, telat lah ini,’ kejutku sembari mengambil peralatan make up. Langsung ku buka mukena dan kulipat. Aku mulai komat-kamit, kocar-kacir. Muka masih kusam, belum pakai bedak, lipstick, mascara, eye shadow dan teman-temannya. Huh, lalu aku tersadar, dipakein ini itu, mukaku bukannya cantik malah mirip hantu.

Hari ini, tanggal 17 Mei 2017, aku bersama mak comblang yang tidak lain adalah Bang Ferhat berencana menjalankan misi ta’aruf dengan abang liat laut (ALL). Bang Ferhat menyusun acara pertemuan aku dengan ALL di salah satu tempat makan di daerah lamnyong. Aku yang sebenarnya ragu, mencoba mengikuti saran-saran dari Bang Ferhat. Aku ragu ALL mau sama aku, dan berfikir kalau proses ini akan sia-sia. Namun aku mencoba berdamai dengan prasangka. Kalau diterima, Alhamdulillah. Ngak diterima, ya ngak jodoh berarti. Dan setidaknya aku sudah pernah menjalankan proses pencarian jodoh dengan cara yang syar’i Insya Allah. Se-simple itu sih.

***

Bang Ferhat adalah seniornya ALL di kampus dulu. Dan mereka berteman baik hingga sekarang. Tak tahan liat aku, si teman sekantornya cengeng, galau ngak ketulungan, akhirnya Bang Ferhat berinisiatif mencomblangi aku dengan ALL.

“Nanti Dini biasa aja ya, ngak usah centil-centil, ngak usah banyak kali bicara, nanti ketauan oon-nya Dini,” Petuah Bang Ferhat sebelum berangkat ke tempat makan.
Sesampainya di tempat makan, aku dan Bang Ferhat memilih tempat yang lumayan strategis. Lesehan dengan posisi agak sedikit di belakang, menghindari berpapasan dengan orang yang dikenal. Tak lama kemudian ALL datang. Jantungku berdebar. Gugup. 

“Tenang din, semua akan baik-baik saja,” bisik ku mencoba menenangkan diri. Akhirnya aku melihat langsung untuk pertama kali sosok ALL yang biasanya cuma tampak belakang di media sosial miliknya. ALL hobi share foto-foto di akun Instagram miliknya dengan berpose membelakangi kamera. Seringnya menghadap ke laut. Sebab itulah Abang liat laut menjadi julukannya. Cuma aku dan Bang Ferhat sih yang juluki. Jangan ditanya gimana perasaan saat ALL datang dan duduk di hadapanku. Ngerti sendiri ajalah ya, ngak perlu dijelaskan. Kesan awal untuk ALL, anaknya baik, humoris, moody-an dan manja. ALL is well.

Tapi Alhamdulillah, pertemuan berjalan aman. Kita bertiga ngobrol seakan sudah lama saling mengenal. Sepertinya aku mampu menutupi kelasakan dan keoonan ku di hadapan ALL. Satu jam beralu, kami memutuskan untuk kembali ke kantor masing-masing.



***

“Din, ini ALL udah kasih biodatanya,” Sapa Bang Ferhat saat aku masuk ke ruangannya sambil menampakkan lipatan HVS putih. Aku terheran-heran. Kapan ALL ngasih ke Bang Ferhat. Bukannya kita bertiga keluar bareng dari tempat makan. Setelah aku cari tau, ALL ngasih sembunyi-sembunyi saat kami sedang di parkiran. Namun, satu pertanyaan lagi mengusik kepala, kalau ALL udah ngasih biodata, berarti dia mau lanjut di proses ini kan.

“Tapi ini ngak akan abang kasih ke Dini dulu, mana biodata Dini?” Tanya bang Ferhat sambil memainkan jari-jemarinya mirip kayak orang nagih utang. “Eh, kok ngak bilang-bilang ada acara tukar biodata, Dini belum buat, lagi banyak kerjaan ini bang, belum sempat buat,” Jawabku spontan sambil menampakkan kertas-kertas kwitansi yang menanti untuk aku selesaikan. Ternyata ALL juga tidak mengabarkan ke Bang Ferhat kalau ia akan ngasih biodata. Awalnya ia hanya berencana jumpa untuk melihat secara langsung. Kalau sesuai, dia ngasih biodata, kalau ngak, dia mundur teratur. Ah, kok bisa ya? Hmm aku mulai geer dan malu-malu. Keliatan malu-maluin sebenarnya.

Tak enak hati, lepas dari mengerjakan tumpukan-tumpukan kertas kwitansi, aku mencoba membuat biodata. Copas dari CV dan ditambah sedikit deskripsi di bagian bawah. Berharap bisa memberi gambaran bagaimana aku, keluargaku dan keseharianku. 
Bismillah, “Allah, dengan izin-Mu aku memulai proses ini. Inilah ikhtiarku. Hasil itu adalah Hak-Mu.” Aku pasrah. Air mataku tak terbendung saat mengirimkan biodata ke email Bang Ferhat. Hatiku mulai tak karuan.


continued...

Share:

4 komentar