Cut Dini Syahrani

Saat suara tak lagi didengar, menulislah

  • Home
  • Cerita
  • Fiksi
  • Puisi
  • Publikasi
  • Contact Us
    • Facebook
    • Instagram

Atap adalah komponen terpenting dari sebuah bangunan. Penutup bangunan ini berfungsi untuk melindungi bangunan dari hujan, panas matahari, dan salju. Bentuknya pun bermacam-macam, ada yang miring dan ada pula yang datar. Selain itu, bahan untuk atap pun bisa bermacam-macam pula. Biasanya atap rumah berbahan genting tanah liat, genteng beton, seng bergelombang, asbes dan cor. Bagi penduduk pedalaman, beberapa jenis tumbuhan kerap dijadikan bahan pembuatan atap. Misalnya atap sirap yang terbuat dari kayu ulin dan daun-daun jenis palma dari tumbuhan rumbia, kelapa, dan nipah yang dirangkai untuk dijadikan atap.
Uniknya, kini kita dapat berkontribusi bagi pelestarian alam melalui desain atap rumah/ bangunan. Atap jenis ini sedang dikembangkan di negara-negara maju dan disebut atap hijau. Atap tersebut didesain untuk dapat ditanami rumput, dijadikan taman atau kebun sayuran disamping fungsinya untuk menampung air hujan dan mengurangi panas di dalam ruangan.
Atap yang dapat ditumbuhi tanaman ini telah dikenal sejak ratusan tahun silam, tetapi teknologinya baru dikembangkan di tahun 1970-an. Munculnya konsep ini saat para ilmuwan menyadari kurangnya manajeman air hujan. Beberapa inovasi atap hijau terus ditingkatkan dengan mempertimbangkan lingkungan dan biaya untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan air hujan yang baik.
Konsep desain atap hijau ini membutuhkan antara 15-30 persen bagian atap bangunan. Kontruksinya dengan menggabungkan energi panel surya dengan atap ramah lingkungan. Selain berfungsi sebagai tempat menyaring air hujan menjadi air tanah bebas polusi dan zat asam, atap hijau juga dipercaya dapat mengurangi volume air yang memenuhi drainase di jalan saat hujan turun. Berdasarkan tingkat peranannya, atap hijau terbagi menjadi 3 jenis yaitu atap intensif, ekstensif, dan biodiversal.
Atap hijau intensif memiliki ketebalan lapisan media yang paling tebal yaitu lebih dari 20 cm. Tanah yang digunakan sebagai media tanam untuk menanam rumput, bunga, dan pohon-pohon kecil adalah tanah subur. Atap jenis ini biasanya terdapat di atas atap rumah atau bangunan yang luas. Untuk merawat dan menjaga kelestarian atap diperlukan perawatan secara intensif.
Selain atap hijau intensif, ada pula atap hijau ekstensif yang cocok dikembangkan bagi mereka yang tidak memiliki banyak waktu untuk merawat tanaman. Atap ini memiliki lapisan yang tipis dengan ketebalan kurang dari 15 cm. Jenis tanaman yang bisa ditanam pada atap ekstensif hanya jenis rerumputan dengan media tanam adalah tanah semi subur. Air hujan yang tertampung dan disaring dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Tidak seperti atap hijau intensif dan ekstensif yang dimanfaatkan sebagai media tanam tumbuhan tertentu, atap biodiversal dibuat sebagai media alami tumbuhnya tanaman liar. Atap model ini dirancang dengan menciptakan lingkungan alami yang tidak hanya berisi tanah dan tanaman, tetapi juga serangga dan berbagai jenis hewan kecil lainnya. Karena hal tersebut, atap ini dinamakan atap coklat atau atap biodiversal yaitu atap yang menjadi habitat dari berbagai jenis makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan. Penampilannya menyerupai halaman rumah yang sudah tidak terawat. Tanah yang digunakan pada atap biodiversal adalah lapisan tipis tanah biasa yang dilengkapi dengan pasir dan bebatuan.
Secara umum, atap hijau terdiri dari 3 lapisan utama. Ada lapisan dasar atap yang merupakan lapisan anti air yang biasanya terbuat dari beton. Setelah lapisan dasar, terdapat lapisan penyaring yang berfungsi untuk mengubah air hujan menjadi air tanah dan untuk membatasi permukaan atap dengan tanaman. Lapisan teratas adalah lapisan tanaman yang terdiri dari berbagai tanaman dan media tanam. Teknologi ini tidak memerlukan perawatan yang rumit, tetapi untuk jenis atap hijau intensif dibutuhkan perawatan rutin agar tampilan taman tetap indah. Kita dapat meletakkan batu-batuan kecil di tepi taman agar tidak terjadi erosi akibat air hujan ataupun angin.

Editor : Ferhat
Dipublikasikan di Warta Unsyiah Edisi Oktober 2016, pada Rubrik Unika 


Wilayah Indonesia, khususnya Aceh merupakan salah satu wilayah rawan bencana. Namun sayangnya, kesadaran masyarakat mengenai resiko bencana masih sangat minim. Oleh karena itu, edukasi kebencanaan harus giat dilakukan untuk meminimalisir resiko bencana yang bisa datang kapan saja.
Kini beberapa komunitas relawan mulai melakukan edukasi kebencanaan yang fokus pada anak-anak. Salah satunya adalah komunitas StarSide. Kata StarSide adalah anagram dari kata “disaster”. Bagaimana mengubah bencana menjadi suatu kesiapan menghadapinya dengan edukasi yang menyenangkan. Harapannya, meskipun kita tidak bisa mengelak dari ancaman dan resiko bencana, kita dapat membekali diri dengan ilmu kesiapan. Kita hanya mencoba berdamai dengan risiko bencana.
Awal Maret lalu, tepatnya tanggal 10-12 Maret 2017, StarSide melakukan kegiatan edukasi kebencanaan di Pidie Jaya, Aceh. Setelah merekrut beberapa orang relawan, kegiatan tersebut dilaksanakan di SD Peulandok Tunong pada tanggal 11 Maret dan di Lapangan Gampong Tampuy di tanggal 12 Maret. Kakak-kakak pendamping diberikan briefing sebelum terjun langsung masuk ke dunia anak-anak di Pidie Jaya. Beberapa kegiatan menyenangkan dilakukan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak.


Salah satunya adalah pos Tas Darurat. Memiliki tas darurat atau yang biasa disebut tas siaga bencana merupakan salah satu upaya pembekalan diri menghadapi bencana yang bisa datang kapan saja. Pertama-tama, kakak-kakak pendamping menjelaskan mengenai pentingnya menyiapkan tas darurat serta konsep barang-barang yang perlu dimasukkan dalam tas tersebut. Kakak pendamping juga mengatur sebuah lemari yang berisi aneka barang-barang. Setelah merasa anak-anak cukup paham dengan penjelasan tersebut, selanjutnya anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi satu buah tas ransel. Anak-anak diminta melewati lintasan sejauh 5m dan mengambil barang-barang yang telah tersusun di dalam lemari. Barang-barang yang dipilih dimasukkan ke dalam tas tersebut. Setalah itu, kakak pendamping merefleksikan hasil pembelajaran dengan melihat dan menanyakan kepada anak-anak mengapa barang-barang tersebut dipilih untuk dimasukkan ke dalam tas darurat.

Selesai dengan pos Tas Darurat, anak-anak diarahkan untuk masuk ke pos Simulasi Ceria. Dalam pos ini, anak-anak diberikan edukasi bagaimana mengevakuasi diri dalam situasi bencana. Jika berada di lantai satu saat gempa terjadi, segera keluar gedung dan berkumpul di titik kumpul. Contoh tempat yang aman untuk dijadikan titik kumpul adalah lapangan yang tidak terdapat bangunan, pohon-pohon tinggi ataupun tiang-tiang listrik. Anak-anak juga diarahkan untuk jangan lupa melindungi kepala dengan menggunakan barang-barang yang bisa ditemui di sekitar kita seperti bantal, selimut tebal, buku tebal dan tas. Kakak pendamping juga memberikan penjelasan cara evakuasi saat bencana Tsunami terjadi. Mereka membawa tas darurat yang berisi barang-barang penting dan segera lari ke tempat yang tinggi, seperti bukit dan gunung. Yang terpenting jauhi pantai. Dan saat sudah merasa aman, kita bisa membantu keluarga, tetangga dan teman untuk evakuasi. Pertama-tama, Kakak pendamping akan mencontohkan cara evakuasi saat terjadi bencana gempa dan tsunami. Setelah itu,anak-anak akan mempraktekkan simulasi bencana ini. Setalah melakukan simulasi, kakak pendamping mengevaluasi serta merefleksi hasil simulasi tersebut.
            Disaat bencana terjadi, biasanya kita akan menemui orang-orang di sekitar yang mengalami luka baik ringan maupun berat. Itulah mengapa, dalam edukasi bencana ini juga diselipkan pembelajaran mengenai prinsip memberikan pertolongan pertama pada luka pendarahan kecil dan patah tulang yang ditemui di sekitar. Barang-barang yang digunakan adalah yang mudah ditemui, namun tetap harus menjaga higenitas/kebersihan saat menolong. Setelah memberikan pertolongan pertama, anak-anak diajarkan melaporkan keadaan darurat tersebut kepada orang dewasa.
          Selain bencana gempa dan tsunami, kakak pendamping juga memperkenalkan cara menyiapkan pelampung darurat untuk menghadapi bencana banjir dalam pos Pelampung Darurat. Anak-anak diajarkan cara membuat pelampung dari barang bekas yang mudah ditemui di sekitar kita. Dalam hal ini kita menggunakan botol bekas air mineral. Cara membuatnya juga cukup mudah. Pertama-tama kakak pendamping mencotohkan cara membuat pelampung darurat dengan mengikat empat buah botol mineral di depan dan belakang badan dengan bantuan tali plastik. Selanjutnya anak-anak diberi kesempatan untuk membuat pelampung tersebut bersama kelompoknya.
            Setelah mempelajari beberapa macam simulasi, anak-anak mulai dicairkan dalam pos Putar Otak. Sesuai dengan nama posnya, disini anak-anak bermain game yang mengasah pemahaman mereka setelah mengikuti beberapa pos simulasi. Pos ini menyediakan beberapa kartu situasi yang bergambar situasi bencana dan kartu alat yang bergambar barang-barang. Kakak pendamping akan membagikan 15 buah kartu alat kepada anak-anak, dan mengambil satu kartu situasi secara acak dan memperlihatkan kepada anak-anak. Jika kartu situasi yang diambil kakak pendamping berjudul “gempa bumi”, maka anak-anak memilih kartu alat dari 15 kartu yang disediakan. Mereka akan memilih barang-barang mana saja yang bisa kita gunakan jika gempa bumi terjadi. Setelah permainan selesai kakak pendamping mendiskusikan hasil kartu yang dipilih oleh anak-anak.

            Rangkaian kegiatan ini akan ditutup dengan bernyanyi bersama dengan menggunakan lagu dan gerakan sederhana yang mudah ditiru di Pos Gita Siaga. Mengapa nyanyian? Karena musik lebih mudah diterima oleh anak-anak, baik lirik ataupun pesan yang disampaikan melalui lagu tersebut. Lirik lagu yang diperkenalkan pun berisi tentang cara melakukan evakuasi saat bencana terjadi. Diharapkan anak-anak akan mudah mengingat lirik tersebut dan dapat diterapkan jika sewaktu-waktu mereka menghadapi situasi darurat.
Beberapa kegiatan diatas dikemas dalam bentuk permainan dan simulasi yang menyenangkan dan disukai anak-anak. Mengapa sasarannya anak-anak? Karena dalam situasi bencana, yang paling rentan menjadi korban salah satunya adalah anak-anak. Mereka yang lebih terbuka pada hal-hal baru cenderung lebih mudah menyerap pengetahuan baru yang dapat digunakan dalam jangka panjang. Diharapkan pula dapat memberikan pengetahuan yang mereka dapatkan kepada keluarga dan kerabat dekat. Oleh sebab itu, mereka yang berusia 6-12 tahun menjadi target kegiatan ini. Kegiatan-kegiatan postif seperti ini harusnya dapat dikembangkan dan dilakukan di berbagai wilayah Indonesia untuk mencetak generasi muda tangggap bencana. 





Sumber : Paket Kegiatan StarSide tanggal 10-12 Maret 2017 di Pidie Jaya, Aceh.
Photo credit by Irmadayani Ray, Muhammad Mukhsin dan Fakhrurrazi, relawan dokumentator StarSide.

Kunjungi laman StarSide untuk mengetahui gerakan ini lebih lanjut. ^^

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Pengagum laut | Pecinta Biru | Berhobi Makan | Bercita-cita Kurus

POPULAR POSTS

  • ALL is Well
  • Saya SYAHRANI bukan SYAHRINI
  • several events each year
  • Mengenali Perasaan Lewat Senyuman

RECENT POST

  • ▼  2017 ( 6 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ▼  April ( 2 )
      • Bercocok Tanam di Atap Rumah
      • Generasi Muda Tanggap Bencana
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 5 )
    • ►  Desember ( 5 )
  • ►  2014 ( 1 )
    • ►  Maret ( 1 )
  • ►  2013 ( 5 )
    • ►  Desember ( 2 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  Maret ( 1 )
  • ►  2012 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2011 ( 12 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 2 )
    • ►  Desember ( 2 )

Categories

  • Cerita 28
  • Fiksi 3
  • Publikasi 7
  • Puisi 5
cutdin. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Teman

  • Muarrief Rahmat
  • Bachnar Jr.
  • Narasi Kearifan
  • Aula Andika Fikrullah Albalad
  • Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Copyright © 2016 Cut Dini Syahrani. Created by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates