Satu Cinta untuk Math Fair
Siang
itu aku keluar dari Lab.Statkom (salah satu bagian dari Lab.Dasar MIPA) dan
mendapati pintu ruang sekret Math Fair terbuka. Aku menyempatkan diri mengintip
ke bagian dalam. Hmm tatanan barang-barangnya sudah berbeda. Namun kenangan itu
masih lekat terasa. Suara printer, hembusan kencang kipas angin, tempelan-tempelan
post-It. Kegiatan melipat-lipat
surat, mengantar surat, mencari-cari tanda-tangan pengesahan, mengantar
proposal. Ahh euvoria itu kembali mengambang. Aku rindu. Rindu pada aktifitas
kami yang “luar biasa” beberapa bulan yang lalu.
Math Fair adalah salah satu kegiatan
tahunan yang menjadi kebanggaan Jurusan Matematika FMIPA Unsyiah. Math Fair
termasuk salah satu acara besar yang terdiri dari beberapa paket acara yang
berbeda-beda setiap tahunnya. Namun ciri khas dari acara ini adalah Olimpiade
Matematika dan Komputer. Acara yang bernaung di bawah HIMATIKA (Himpunan
Mahasiswa Matematika) ini sebenarnya adalah acara “ego leting”. Penanggungjawab
acara ini berbeda-beda tiap tahun sesuai letting. Walaupun demikian, semua
pihak juga membantu terselenggaranya acara tersebut, mulai dari Fakultas,
Jurusan, Alumni, senior-senior bahkan para junior pun turut ambil peran. Namun
tetap hanya letting yang bersangkutan yang bertanggungjawab penuh atas segala
sesuatu yang terjadi di Math Fair.
Sudah 3 tahun aku bersama teman
lainnya menjadi bagian dari acara ini. Pertama kali di Tahun 2010 ketika aku
masih duduk di semester 2. Kemudian di Tahun 2011 saat aku sudah menginjak semester
4. Sebagai panitia “pembantu” tak banyak yang kami kerahkan untuk kesuksesan
acara tersebut. Kami hanya mengerjakan sesuatu sesuai perintah senior-senior
kami yang ketika itu menjadi penanggungjawab. Para senior tersebutlah yang
bertugas memutar otak untuk memikirkan setiap pemecahan-pemecahan masalah yang
hadir kala itu.
Barulah aku bersama teman-teman
se-angkatan mendapat giliran menjadi penanggungjawab penuh acara Math Fair di
tahun 2012. Saat itu kami sedang dihadapkan dengan kesibukan semester 6. Mulai
memahami bagaimana kesulitan dan kerumitan yang harus dihadapi sebagai
penanggungjawab penuh acara. Banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang kami
dapati. Yang pasti tak kan kami dapat saat proses perkuliahan di kelas
berlangsung.
Sempat tidak mendapat kepercayaan
penuh dari para pejabat kampus untuk menjadi penanggungjawab pada Math Fair
2012. Bukan tanpa alasan, total keseluhan yang ambil bagian dari angkatan kami
hanya 29 orang. Angka yang tak pantas menyukseskan acara sebesar Math Fair. Di
letting kami yang mendominasi adalah dari kalangan mahasiswi, sedangkan
mahasiswa laki-laki hanya berjumlah 3 orang. Beberapa pihak bahkan menganjurkan
agar Math Fair 2012 di koordinir oleh letting di bawah kami. Namun dengan
sedikit rasa sombong dan angkuh, kami bersikeras agar Math Fair 2012 tetap
menjadi tanggungjawab kami. Walau kami paham, ini tak kan semeriah dan sebesar
Math Fair yang lalu-lalu.
Math Fair mengubah segalanya.
Mengubah pola pikir kami, mengubah cara kami me-manage waktu, mengubah cara kami bersikap dan merobohkan dinding-dinding
yang selama ini bersarang di letting kami. Ya..dinding yang membuat kami jarang
sekali berkumpul bersama satu letting. Kecuali ada hal mendesak seperti
mengerjakan tugas atau belajar bersama. Dan Math Fair menyadarkan kami betapa
pentingnya kekompakan. Demi kelancaran dan kesuksesan acara, banyak hal-hal
yang kami lakukan, walaupun mungkin sudah di luar batas kewajaran.
Apa
yang tidak kami lakukan untuk Math Fair. Meninggalkan kuliah? Sering…sangat
sering malah. Namun kami sadar, kuliah tetap prioritas utama. Oleh karena itu
kami mulai me-manage jadwal
meninggalkan kuliah agar tak terlalu banyak materi yang tertinggal. Kami pun
berinisiatif lebih sering berkumpul di sekret, menjaga sekret sembari belajar
bersama. Indah benar kebersamaan itu.
Mengemis? Pernah. Menelepon,
menemui, mendatangi, menghubungi berkali-kali hingga si target bosan dan
menyerah lalu memberi kepastian. Target disini adalah pihak-pihak yang
berwacana akan ikut membantu namun lamban memberi kepastian. Menjadi putri panggung
dengan berpura-pura bisa nyanyi…pernah. Niat awalnya adalah memanfaatkan
keramaian yang hadir untuk mempublikasikan acara Math Fair.
Apa yang tidak kami rasakan di Math
Fair !!. Dianggap sebagai wanita bayaran, hanya karena menyebarkan brosur acara
di simpang-simpang jalan…pernah. Dianggap anak durhaka, hanya karena tak pernah
pulang ke rumah…pernah. Dianggap tak waras karena keseringan termenung-menung
tak jelas…pernah. Di usir dari kos-kosan hanya karena pulang malam…pernah. Dikucilkan
tetangga karena pulang jam 12-an malam…pernah.
Dan semua itu kami terima dengan
senang hati, demi sebuah cinta yang kami sebut Math Fair. Untuk mewujudkan
cinta ini dibutuhkan mental yang kuat. Tak mungkin sanggup dihadapi seorang
diri…TIDAK MUNGKIN. Kebersamaan lah yang menguatkan mental-mental tersebut.
Demi cinta dan kebanggaan kita...kebanggaan Jurusan.
Tags:
Cerita
0 komentar