Kandang Penghancur

            Kesejahteraan. Kata ini yang sering dituntut oleh rakyat kecil seperti kita. Ya, mungkin  kita hanya bisa menuntut sesuatu yang menguntungkan bagi kita. Kesejahteraan juga sering kali menjadi tolak ukur bagi kesuksesan Pemimpin sebuah Negara. Dan kita, dapat menilai seorang Pemimpin itu sukses, ketika semua bawahannya atau yang dipimpinnya dapat merasakan kesejahteraan.
            Namun bagaimana dengan orang-orang di luar sana yang tidak pernah memikirkan masalah kesejahteraan bawahannya ketika ia menjadi seorang pemimpin. Tapi tunggu dulu, sepertinya terlalu jauh untuk mengatakan “di luar sana”. Karena kita bisa melihat pemimpin seperti ini di sekitar kita. Bahkan sangat dekat dengan kita.
            Saya sangat yakin dan percaya, bahwa cara memimpin setiap orang itu memang berbeda-beda. Jadi kita tidak perlu membanding-bandingkan para pemimpin tersebut. Karena mereka pasti memiliki ciri khas kepemimpinan tersendiri. Walau kadang hal yang sering disebut kesejahteraan itu sering terabaikan.
            Ini adalah isi hati seorang junior yang terperangkap dalam “kandang lobster”. Bagi saya itu adalah sebutan yang paling sopan untuk suatu wilayah yang benar-benar telah merenggut jiwa loyalitas kami. Bagaimana tidak, mereka para pendiri di kandang tersebut adalah orang-orang paling TOP dan selalu di bangga-banggakan. Dengan segala prestasi-prestasi dan keahlian mereka, bahkan keahlian bermuka dua pun mampu membuat siapa saja terpesona. Namun tidak untuk manusia-manusia malang yang terperangkap dalam sistem-sistem mereka.
            Saat popularitas menjadi prioritas, ludah yang sudah dibuang pun rela untuk dijilat kembali. Bahkan kawan dianggap lawan. Dan junior pun, hanya dianggap BUDAK.
 “ Meninggikan nama sendiri dengan memanfaatkan orang lain. Setelah semua kalian dapatkan kalian pun lupa hanya untuk sekedar mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang telah kalian manfaatkan”.
Ungkapan ini sangat-sangat cocok untuk mereka. Saat mereka memaksa kami untuk melakukan sesuatu yang berat demi menyukseskan segala hal yang telah mereka rancangkan. Dan setelah itu benar-benar sukses, mereka seolah tak memperdulikan sekitarnya. Yang ada di kepala mereka hanyalah terkenal dengan kesuksesan-kesuksesan tersebut.

Wahai para pendiri kandang lobster,,,
Tidakkah kalian melihat bagaimana perjuangan kami mengabdi pada kalian???
Tidakkah kalian melihat bagaimana kepatuhan kami melakukan apa yang kalian pinta???
Tidakkah kalian melihat bagaimana kami menangis mengenang kejahatan kalian???
Tidakkah kalian melihat bagaimana kami hampir mati ketakutan ketika makian itu kalian lontarkan???
Tidakkah kalian melihat kesedihan kami kala harga diri kami kalian injak-injak???
Tidakkah kalian melihat kekecewaan kami ketika mengetahui kebusukan kalian???
dan tidakkah kalian menyadari betapa kami selalu dan selalu kalian down kan dengan segala ocehan-ocehan kalian ???
Dan kuyakin kalian senang dan tertawa lepas kala menyebut kami sebagai “pekerja”

Lalu dimana kalian tampung semua kreatifitas kami???
Sadarilah wahai pendiri kandang lobster, kalian telah menzhalimi kami.
Dan tunggu lah hukum karma itu kalian dapatkan.










Ketika suara kita tak lagi di dengar, menulis adalah jalan terbaik.
mungkin tulisan ini masih bersifat abstrak dan memang saya mengkhususkan untuk beberapa orang saja…
Dan bagi “kalian” yang merasa, saya mohon maaf jika ini kurang berkenan,,karena menurut saya tak perlu kami melakukan apa yang kalian kenankan.

Share:

0 komentar